powered by Google

[Senyum-ITB] Materi dan Video QB Leadership Series

Saturday, February 26, 2011

Sent: Saturday, February 26, 2011 6:22 PM
Subject: [Senyum-ITB] Materi dan Video QB Leadership Series


Rekan-rekan,

Bagi teman-teman yang ingin mendapatkan materi presentasi dari Pak Fadel Muhammad dan dari Saya, pada Leadership Series yang baru lalu yang bertema "Entrepreneurial Public Service", materi tersebut kini sudah bisa di download di http://leadershipqb.com/index.php.


Bagi mereka yang tidak hadir pada leadership series di bulan desember 2010 dengan tema "Visionary Leadership", kini videonya sudah bisa di nikmati di http://leadershipqb.com/index.php . Disitu ada video presentasi saya dengan judul Visionary Leadership. Dan Video sharingnya pak Arifin Panigoro. Kami telah melakukan kompresi terhadap video tersebut agar bisa dinikmati dengan fasilitas internet yang ada. Saya tadi coba dengan speedy, lumayan mulus tanpa putus-putus. Silahkan di coba.

Semoga bermanfaat.



Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana

Read more...

Kisah teman entrepreneur

Sent: Sunday, February 27, 2011 8:52 AM
Subject: Re: [EL-ITB] Re: Kisah teman entrepreneur

Dear Andjar,

Saya share lagi ini satu cerita;

Kawan saya, eksekutif yang baik sekali. Dia lulusan sekolah negeri di Bogor, pandai, integritasnya tinggi. Tahun 2002, dia di rekrut sebagai GM untuk sebuah usaha start-up milik konglomerat besar Indonesia dan Sojitz dan partner Jepang lainnya. Karena Perusahaannya MNC dia mau, dia fikir ini masa depannya baik.

Perusahaan yang dia pegang saat itu sangat kecil, keadaannya amburadul. Dari keadaan susah itu, dia perlahan-lahan bangun semua lini. Sales hanya Rp 30 M-an, sekarang salesnya Rp 700 M-an. Pabriknya awal hanya 2 line, sekarang 14 line operasional. Perusahaan itu membayar dia gaji lumayan besar dan dapat bonus-lah. Dia happy sampai suatu titik.

Saat IPO. perusahaan ini dari nilai paid-up capital Rp 10 M, sekarang menjadi Perusahaan Terbuka dengan Market Cap Rp 3 Trilliun. Sebuah return 300 kali lipat untuk shareholder.

Teman saya itu, dapat jatah sedikit saham yang dia harus beli anyway dan normal bonus. Dibandingkan pengorbanannya yang dia rasa dia telah berikan kepada Perusahaan itu, remunerasi yang dia terima dirasakan terlalu kecil. Banyak temannya kalau ketemu dia, selalu berkata; wah lu pasti sangat kaya ya karena stock optionnya diexercise? perusahaan yang lu bangun sekarang nilainya Rp 3 Triliun. Pasti ngantongin Rp 100-200 Miliaran dong ? Teman saya cuma bisa nyengir, senyum asam. Tapi lalu dia cerita dan berkeluh kesah kepada saya.

Sekarang dia sedih, menyesali, tetapi gaji dan bonus sudah kepalang lumayan, sehingga walaupun kecewa dia ngga berani bergerak, mencoba yang baru umur sudah tua, beban sudah berat, anak-anak sudah akan masuk Univ di USA, sebulannya seorang anak butuh US$ 6,000.-an, dua orang $ 12,000 sebulan loh. Dia mau keluar coba yang baru takut, dia stay disitu makan hati, kerja keras juga ngga akan bisa punya $ 12,000 sebulan. Jadi mesti gimana ya ?? Bingung, nyesal, tapi takut keluar. No body knows the answer.

Andjar, cerita ini kelihatannya umum terjadi. Kenapa terjadi pada perusahaan besar-besar, atau group konglomerat, alasannya sederhana : LOW RISK LOW RETURN.

Kita awalnya cari aman dan keren, kita fikir kita akan dapat berlindung dibalik kemapanan Perusahaan Besar atau MNC, sehingga kita dapat kesejahteraan yang baik dan profesional lagi. Kita lupa, bahwa Law of Finance di atas berlaku. Ya return dia rendah kalau cari aman di awalnya.

Perusahaan Besar tidak akan berbagi. Perusahaan entrepreneurial kecil akan berbagi kalau dia besar, berbagi kepada siapa ? Kepada mereka yang berani memberikan hidupnya dan mengambil risiko awal bersama. Teddy Rahmat, Palgunadi, Bambang Subianto, Djuhar Sutanto, Piet Yap, semua membuktikannya dihadapan mata kita.

salam.
angki hermawan



From: Andjar Firmansjah
To: angki hermawan
Sent: Sun, February 27, 2011 5:25:16 AM
Subject: Re: [EL-ITB] Re: Kisah teman entrepreneur

Angki,

Saya hanya tercamkan pada paragraf terakhir. Saling berbagi, bukan berarti nyawerkan. He he he

Pengalaman saya justru sangat menyedihkan, karena kondisi, banyak perusahaan besar karena berbagi mendapat previliges. Entah kenapa. Ini menyebabkan susahnya ukm muncul dan tumbuh dengan baik.

Dahulu pernah dikembangkan suatu produk, sayangnya kurang mendapat support hanya karena kunjungan pabriknya ternyata dalam negeri.

Saya sih tetap optimis, walaupun harus berjuangnya dengan lebih keras.

Salam,
_afs_





Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: angki hermawan
Sender: EL-ITB@yahoogroups.com
Date: Sat, 26 Feb 2011 08:15:47 -0800 (PST)
To:
ReplyTo: EL-ITB@yahoogroups.com
Subject: Re: [EL-ITB] Re: Kisah teman entrepreneur

Dear Rulan,

Problem manusia Indonesia lah yang mengakibatkan kenapa tidak ada usaha kecil yang tumbuh melesat menjadi raksasa dalam waktu cepat tanpa kolusi dan korupsi di Indonesia. Cara pandang yang salah ini nanti akan terbukti mengakibatkan Indonesia tidak akan pernah menjadi negara maju. Saya takut saya benar.

Kalau kita lihat Craig Silverstein mau bergabung dengan Larry Paige dan Sergey Brin saat Google is small and almost nothing.

Kalau kita lihat Ron Wayne mau bergabung dengan Steve Jobs and Wozniac, saat Apple is small and almost nothing.

Bill Hewlett and Dave Packard mau bergabung membentuk HP, dengan modal US$ 538 (dulu), dan serius sekali membangun UKM ini dari small and almost nothing.

Cerita seperti ini typical cerita bangsa yang entrepreneurial, if you have ideas, orang Amerika, walaupun mereka lulusan MIT, Stanford, Harvard, mau bergabung dan mempertaruhkan dirinya, hidupnya, dan masa depannya. Hidup awal mereka adalah kemiskinan dan susah. Tetapi mereka berani menempuhnya.

Mereka tahu, kalau mereka maju di depan saat awal, kalau perusahaan besar maka mereka akan jadi besar juga. Walaupun mereka mungkin bukan founder shareholder, tapi akhirnya mereka pasti jadi shareholder juga.

Terbukti bahwa sikap entrepreneurial adalah sikap yang membangun kesejahteraan. Entrepreneurial bukan sikap egois sendiri-sendiri, sikap over-confidence, sikap sombong. tetapi sebaliknya adalah sikap bekerja sama, sikap humble, motivasi ingin maju, mau berkorban. Entrepreneurial bukan artinya saya ingin sendirian, tetapi sikap yang sadar kita harus bersama. Kita harus berbagi.

salam.
angki hermawan

Read more...

Kisah teman entrepreneur

From: angki hermawan
To: EL-ITB
Sent: Saturday, February 26, 2011 8:51 AM
Subject: [EL-ITB] Kisah teman entrepreneur



Rekan EL-ITB yang saya cintai,
Berikut ini adalah kisah seorang teman entrepreneur yang sedang melakukan restructuring pre IPO. Mungkin bisa bermanfaat dan menjadi motivasi utk teman yang mau usaha sendiri.

Growing Pain

(Tumbuh tetapi Menyakitkan)

Tahun 1993, saya membangun kembali usaha kecil Almarhum Ibu yang sudah dimatikan, dengan modal Rp 7.5 juta yang saya sisihkan dari gaji. Dimulai di bekas bengkel las kotor, dengan satu mixer kecil, selain itu semua pekerjaan dilakukan dengan tangan.

Melalui berbagai kendala dan kerja keras, karyawan bertambah menjadi 20 orang. Suatu saat di tahun 1995, Tim salesman memanipulasi sehingga semua piutangnya fiktif, retur ditukar dengan barang baru, anggaran bensin dimanipulasi, dsbnya. Manipulasi dan penipuan tipikal salesman. Perusahaan praktis bangkrut.

Pembenahan dilakukan kembali dari awal, modal kecil disuntikkan lagi. Usaha dibangun kembali dari reruntuhan.

Tahun 1997, pabrik I dibangun. Dengan susah payah, kita mulai modernisasi. Mulai dipasang Brand, management modern diterapkan, proses produksi yang baik dilaksanakan.

Walaupun saat awal itu kondisi Perusahaan masih sangat buruk, kita masih bisa memperoleh production spv bergelar S1 dari Institut Pertanian Terkenal. Anak-anak IPT itu masih mau memulai bekerja di UKM, sekarang sama sekali tidak.

Sayangnya, turn-over cukup tinggi karena di UKM apalagi start-up, orang melihat Perusahaan tidak memiliki harapan, tidak menjanjikan, tidak prospektif, tidak gaya, tidak ngejreng, tidak branded, sementara tuntutannya berat.

Supervisor dan management, sering berbisik-bisik : Kita Cuma numpang hidup. Artinya, memang tekad mereka mencari pekerjaan lain nantinya di tempat yang lebih baik.

Saya mengerti bahwa kerja di Perusahaan yang entreprenurial adalah hidup spartan, menuntut kerja keras luarbiasa karena pekerjaan banyak, tantangan banyak, jumlah karyawan management sedikit, karyawan produksinya bandel-bandel, proses produksi rumit sekali, dll.

Semangat spartan, pengorbanan jangka pendek untuk masa depan yang lebih baik sering dijejalkan agar karyawan mau bermotivasi bersama-sama berkorban gengsi agar kita maju. Bukan pengorbanan material, karena gaji diberi cukup kompetitif. Karena kuatnya sikap mental pekerja, karyawan sulit menerima kebutuhan sikap wiraswasta, yaitu harus mengambil risiko dan berkorban. Maunya aman saja.

Akhirnya, karena pressure yang makin tinggi, masalah-masalah mulai muncul, yang diakibatkan karena banyak orang tidak mau memberi, karena kurang perduli, karena kurang kapabel, dsbnya. Turn-over makin menjadi. Buah simalakama. Bukan saya tidak mengerti masalah ini, tetapi tipikal perusahaan kecil yang tumbuh, management madya yang bagus unaffordable (Perusahaan ngga punya duit) atau mereka tidak mau bergabung bersama kita.

Target untuk berprestasi, Target produksi makin baik makin tinggi, akhirnya malahan membuat perusahaan tertatih-tatih tumbuhnya karena manajemen keluar masuk diawali oleh pressure yang makin tinggi, sementara karyawan tidak mampu mengatasinya.

Walaupun demikian, ditengah masalah seperti itu, Perusahaan konsisten tumbuh 25% pertahun selama belasan tahun sejak berdirinya. Orang-orang lain bilang hebat. Saya tahu kita bisa tumbuh lebih cepat lagi, tetapi SDM tidak mampu menanggung bebannya.

Dalam belasan tahun, sambil berjalan, aturan main, aturan kerja, job-description, kebiasaan, prosedur, SOP, what-ever you name it, disusun dan dipasang, kalau saya pribadi tidak mengerti membuatnya, konsultan kita panggil.

Komitmen karyawan untuk menerapkan hanya hangat-hangat tahi ayam. Dilaksanakan sebentar, lalu para pelaksana dari karyawan produksi, operator, clerk, supervisor, tim akunting, dll. bahkan manajemenpun mulai melenceng. Tidak konsisten. Proses melenceng lambat tapi pasti, tidak ada kesungguhan dan komitmen melaksanakan SOP atau peraturan secara teguh dan patuh.

Orang dengan mudah melenceng dari kebiasaan baik, lupa dan tidak perduli. Orang baru masuk, orang lama tidak perduli mengajari mereka. Kita serasa seperti undur-undur. Belajar lagi dari kesalahan yang sama, berulang-ulang.

Operator, pelaksana, semaunya cenderung melenceng dan berubah.

Supervisor yang seharusnya mengawasi, membiarkan perubahan dan pelanggaran dari prosedur kerja, dari aturan, dari SOP tanpa perduli.

Manager, we had them before, sami mawon. Ada tapi tiada.

Hasilnya, berbagai maju-mundur, penyelewengan, pencurian, kerugian yang disengaja ataupun tidak, dll terjadi berulang-ulang. Kerugian keuangan tidak usah disebut lagi.

Nah inilah warisan masalah yang bapak/ibu miliki sekarang. Perusahaan growing, Perusahaan profitable, tapi growing with very painful untuk saya si entrepreneur sendirian.

Kalau saja, ada jenis orang mau membagi hidupnya, mendampingi, dan berbagi beban, sayang kepada perusahaan ini, jujur saja shareholder Perusahaan mau dan akan berbagi. Dari dulu saya berpendapat seperti itu, sampai hari ini Orang Seperti Itu belum pernah kami ketemukan.

Sayang sekali, sebagian besar orang hanya berpandangan mereka adalah pekerja, mereka membatasi diri, tidak mau memberi lebih, menanggung dan berbagi beban dan bertindak seperti Perusahaan ini milik dia sendiri.

Akibatnya sulit untuk keduanya; Perusahaan tumbuh lambat dengan segala kesulitan dan beban, maju mundur berulang-ulang, sementara tanggungjawab untuk meluruskan jatuh kepada pimpinan tertinggi sendirian. Dan akhirnya, Karyawan juga hanya menjadi karyawan sejati saja. Tentunya sulit sekali karyawan seperti ini menjadi kaya dan sangat sejahtera.

Hubungan kerja dengan motivasi Saya beri waktu dan pikiran saya karena anda membayar saya, itu tidak cukup untuk sebuah perusahaan entrepreneurial seperti Perusahaan. Terutama pada posisi pimpinan.

Cara yang terbaik dan akan membawa sukses bagi keduanya adalah berpandangan bahwa Saya menyayangi perusahaan ini seperti milik sendiri. Karena itu saya bekerja disini. Sikap ini mampu mengatasi hampir semua masalah.



Pak Ibrahim Risyad, suatu hari berkata kepada Jun Urmeneta, expatriate Filipinos, dia bilang: Jun, do you know why I am so rich now ? Because I worked with Oom Lim Sioe Liong, not worked for him.




Pak Ibrahim karyawan si Oom Liem, dari awal menempatkan diri dan fikirannya sebagai rekan kerja, bekerja bersama-sama, dia memberi kasih-sayang kepada Perusahaan, seolah sebagai pemilik Perusahaan itu sendiri, padahal saat itu belum. Akhirnya sejarah membuktikan, dia menjadi pemilik.

Itulah kisah sukses Salim Group, karena orang mau growing in pain, sharing the pain. Akhirnya beban berat itu, bisa ditanggung bersama, lebih ringan, dan perusahaan maju ke depan.

Kalau kita sendiri-sendiri, egois, EGP, ini persis resep kegagalan.

Saya tidak bermaksud menggurui, tapi please learn from Our History. Saya tidak ingin mengulangi kegagalan dulu dengan Tim Baru ini.

Read more...

Digital Cinematography is moving to the next level

Friday, February 25, 2011

Sent: Saturday, February 26, 2011 10:19 AM
Subject: [Senyum-ITB] Digital Cinematography is moving to the next level

"While it is not usually our position to offer rewards for our customers stolen property, this one is an exception. EPIC #00006 is truly a historic camera. It is the very 1st EPIC shipped to one of our customers and the way it was taken irritates me no end.

We are now offering $100,000 for the safe return of EPIC #00006 and the rest of the system including the media with Mark's files... and the arrest and conviction of those that broke into Mark's chalet in France. We will ONLY pay this amount if there is an arrest and conviction of the parties as we are not interested to be ransomed by thieves.

If you have any information regarding the theft, the location of Mark's property or any details that might solve this case, please contact anyone at RED and they will make sure I hear about it.

Posting information on REDUSER is NOT a good idea for several reasons, including your own safety. Please do NOT post any information you have obtained. Any post we see on REDUSER regarding information on this case will be deleted.

Jim"

Kutipan di atas adalah posting Jim Jannard, pendiri dan pemilik RED Digital Cinema Company di forum reduser.com, ketika salah seorang customer Jim kehilangan kamera RED Epic karena dicuri maling. Sejak awal menawarkan RED Camera, Jim atau perusahaannya memang melibatkan diri dalam forum yang membahas tentang kamera ciptaannya ini seperti forum dvxuser.com dan reduser.com. Jim telah melakukan revolusi dalam industri digital cinematography. RED mulai digadangkan ke publik sekitar tahun 2006. Setahun kemudian kamera yang dinamakan RED One pertama kali diluncurkan. Dua atau tiga tahun sebelumnya, Nikon, produsen kamera terlaris, meluncurkan Nikon D70. Kamera DSLR (http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_single-lens_reflex_camera) ini menjadi kamera digital semi profesional pertama dari Nikon dengan harga terjangkau, sehingga kelasnya lebih dikenal sebagai prosumer camera. Momentum ini boleh dikatakan sebagai saat lepas landas perkembangan teknologi digital imaging yang tidak terbendung lagi dan pada akhirnya menggeser bahkan mematikan industri film (fotografi analog berbasis film).

Di awal perkenalan teknologi kamera digital, banyak orang skeptis berpendapat bahwa kamera digital tidak akan bisa menyamai kamera analog film. Betapa tidak? Tahun 1991, dua puluh tahun yang lalu, Kodak meluncurkan professional digital camera pertama DCS-100 (http://www.mir.com.my/rb/photography/companies/Kodak/index.htm). Kamera digital berbasis body Nikon F3 ini hanya menghasilkan gambar 1280 x 1024 pixel atau sekitar 1.3 Mega pixel. Bila dicetak menggunakan standard printing minimum yang disyaratkan percetakan yaitu 300 pixel/inch, gambar ini hanya bisa menghasilkan foto resolusi tinggi sebesar kurang lebih 11cm x 8.5cm. Bahkan lebih kecil dari hasil cetak foto seukuran postcard atau 4R. Bandingkan dengan kamera digital saku sekarang yang rata-rata bisa menghasilkan gambar lebih dari 10 Mega pixel.

Konfergensi Kamera Foto dan Video
Bicara mengenai fotografi sebenarnya ada dua industri yang menggunakannya namun dengan sedikit perbedaan secara praktisnya. Kedua industri itu adalah industri media cetak dan industri film. Industri media cetak menyebut profesional di bidang fotografi sebagai photographer, sedangkan industri film menyebutnya cinematographer atau bahkan lebih dekat lagi disebut "Director of Photography" (DOP). Bila ditilik lebih dalam, keduanya sama-sama menggunakan kamera dilengkapi lensa, kemudian secara teknis keduanya mengambil gambar dengan mempertimbangkan pencahayaan dan komposisi. Perbedaan yang utama adalah yang satu mengambil gambar diam (still pictures) sedangkan yang lainnya menggambil serangkaian gambar yang merekam pergerakan (motion pictures).

Sejalan dengan perkembangan perangkat teknologi digital, teknologi perangkat lunak kompresi gambar juga berkembang pesat. Dipimpin oleh para periset yang bergabung dalam JPEG (Joint Photographic Experts Group), algoritma kompresi gambar terus ditingkatkan. Temuan teknologi kompresi gambar mutakhir menyebabkan penghematan dalam penyimpanan gambar berupa data digital. Sebuah foto ukuran postcard 4 x 6 inch dengan resolusi 300 pixel/inch misalnya, bila tanpa kompresi membutuhkan ukuran file sekitar 6.2 Mb. Foto yang sama dengan resolusi sama disimpan dalam format JPEG hanya membutuhkan 1.2 Mb di mana secara kasat mata, kita tidak bisa membedakannya. Inilah yang memudahkan perangkat digital untuk merekam gambar dalam sarana penyimpanan datanya. Akibatnya tidak sulit untuk mengembangkan perangkat yang bisa merekam satu gambar diam saja atau merekam serangkaian gambar. Oleh karena itu secara komersil produsen kemudian melengkapi perangkat kamera video digital dengan kemampuan memotret gambar diam, dan sebaliknya produsen kamera foto digital melengkapi perangkatnya untuk bisa merekam video.

Mulanya fungsi saling melengkapi ini semata-mata sebagai strategi pemasaran bagi produk consumer. Sangat mudah ditemukan di pasar produk consumer untuk ketegori ini yaitu kamera foto yang bisa merekam video, atau kamera video yang bisa untuk foto.
Lalu ketika Nikon mengawali icip-icip pasar dengan menambahkan fungsi video pada kamera prosumer D90, pengguna profesional mulai memanfaatkan fungsi pelengkap ini untuk kepentingkan pekerjaannya. Adalah Canon yang secara serius menawarkan fungsi video pada kamera profesional DLSR 5D Mark II, ketika meluncurkan produk ini pertama kalinya di tahun 2008. Anthony Do Mantle, cinematographer film "Slumdog Millionare", menggunakan kamera 5D Mark II untuk beberapa adegan film ini, dan berhasil menggaet piala Oscar tahun 2009 sebagai cinematographer terbaik. Sejak saat itu, professional film maker secara serius menggunakan DSLR untuk keperluan membuat film. Sekarang, semua DSLR terbaru menawarkan fungsi video dengan kemapuan merekam gambar video resolusi tertinggi yaitu Full HD (High Definition) 1080p.

DSMC vs DSLR
Di kurun waktu yang sama, Jim Jannard, pencipta Oakley, mengembangkan kamera RED. Jim seakan menjawab tantangan kamera digital bisa menyamai kamera analog yang menggunakan film. Ketika teknologi video berkembang ke resolusi tinggi yaitu High Definition Video (HD Video), gambar video menjadi luar biasa tajam dan jernih. Industri film Hollywood kemudian mulai melirik kamera video profesional untuk produksi filmnya. Sony, pemimpin di industri video profesional mengeluarkan seri kamera HD video profesional Cinealta, yang terutama ditujukan untuk menjawab tantangan membuat film layar lebar. Namun kembali beberapa pandangan sinis mengenai kemampuan kamera digital menyamai kamera analog terutama dalam pembuatan film layar lebar. Persoalannya adalah resolusi. Standard proyeksi sinema ketika menggunakan roll film 35mm bila dikonversi dalam ukuran pixel adalah sebesar 4096 x 2160 pixel atau lebih populer dengan sebutan 4K. Sedangkan High Definition Video resoulsi tertinggi yaitu Full HD adalah 1920 x 1080 pixel, atau kurang lebih hanya seperempatnya 4K. Ini menjadi signifikan karena biasanya produksi dengan video, hasil akhirnya akan di-"blowup" ke roll film 35mm untuk diedarkan ke bioskop. Dalam proses tranfer "blowup" ini terjadi perbesaran gambar dengan faktor hampir 4 kalinya. Ibaratnya kita membesarkan gambar dengan mesin fotocopy, perbesaran ini membawa pengaruh besar terhadap kualitas gambarnya.

RED adalah kamera digital dengan resolusi 4K karena menggunakan sensor yang dirancang khusus diberi nama Mysterium. Bahkan RED terbaru yaitu Epic, menggunakan sensor Mysterium-X mampu menghasilkan gambar 5K, lebih tinggi dari yang disyaratkan sinema. Maka tidak mengherankan bila Jim menjadi berang dan menawarkan reward 100.000 dolar bagi yang bisa menemukan kembali Epic #006 yang konon menjadi bersejarah karena merupakan kamera Epic pertama yang dibeli dari Jim.

Minggu malam waktu Amerika atau Senin pagi lusa waktu Indonesia, perhelatan ajang perfilman paling bergengsi Academy Awards ke-83 akan diselenggarakan (http://www.oscars.org/awards/academyawards/83/nominees.html). Film Social Network arahan sutradara David Fincher mengantongi 8 nominasi termasuk kategori film terbaik. Berita baik bagi teknologi, salah satu kategori nominasi film Social Network ini adalah Best Cinematographer. Jeff Cronenweth, Director of Photography film ini menggunakan kamera RED One sepenuhnya dengan berbagai alasan, di mana salah satunya adalah karena lebih compact sehingga memudahkannya untuk shooting di dalam kampus dengan crew yang lebih sederhana. Menggunakan kamera RED juga memberi kontribusi penghematan biaya bagi film ini yang konon hanya menghabiskan 50 juta dolar saja.

RED telah membawa angin segar baru di dunia perfilman. Jika Jeff Cronenwth berhasil meraih Oscar, ini akan mengukuhkan posisi kamera digital untuk perfilman Hollywood, kiblatnya industri film dunia. RED terbaru bahkan kini mengikuti perkembangan terakhir penggunaan kamera digital, yaitu mampu menghasilkan motion pictures dan juga still pictures. Jim mengklaim istilah DSMC, Digital Still and Motion Camera (http://www.red.com/products/epic). Kamera ini sangat compact dan modular. Produsen lain kamera digital juga tidak ketinggalan berlomba meningkatkan kemampuan produknya. Kabar angin menyebutkan Canon berencana memproduksi kamera 4K seperti RED. Di tingkat prosumer, Panasonic dan Sony meluncurkaqn produk terbarunya berbasis DSLR. Desember 2010 yang lalu, Panasonic meluncurkan AG-AF101 kamera video dengan engine 4/3, system temuan Olympus yang kemudian dikembangkan bersama Panasonic. Kamera ini menggunakan mounting kamera foto micro 4/3, dan dilengkapi adaptor yang memungkinkan penggunaan lensa-lensa kamera foto (35mm) dari Nikon dan Canon atau pembuat lensa lainnya seperti Carl Zeiss. Sebulan sebelumnya Sony meluncurkan jajaran baru kamera video profesional F3 yang juga bisa menggunakan lensa 35mm, bahkan dengan mounting standard PL, mounting untuk lensa kamera film analog.

Perkembangan teknologi ini memberi peluang lebih besar bagi kreatifitas pembuat film yang seringkali terbentur persoalan modal dalam membuat karya bermutu. Satu lagi persembahan kemajuan teknologi bagi peradaban manusia.



Salam,
Micky Inderajao

Read more...

Hotel Majapahit, Surabaya : Hotel Terbaik Indonesia 2009

Tuesday, February 22, 2011

Hotel Majapahit, Surabaya : Hotel Terbaik Indonesia 2009
by antonsetiawan




Wedding set with Pergola


National Geographic Traveler menggelar survey hotel terbaik di Indonesia yang berlangsung secara online kurun 1 bulan terakhir. Hasilnya, tak kurang dari 500 partisipan ikut memberikan suara (voting) terhadap pilihan-pilihan hotel di situs kami.

Perolehan data ini menggembirakan, karena bisa diketahui berbagai alasan, minat dan cara para responden (konsumen) dalam memilih penginapan. Jelas, kebutuhan atau alasan tinggal di hotel juga beragam, seperti melakukan perjalanan bisnis (kerja) atau berlibur. Hal ini berpengaruh terhadap hasilnya.

Bila urusan bisnis, hotel akan dipilih dekat pusat kota atau sentra bisnis. Contohnya Jimmy Kapoh, responden dari Banjarmasin yang memilih Hotel Borobudur Jakarta. Alasannya, “Selain hotelnya sangat elegan, juga merasa sangat nyaman dan aman berada di hotel ini.”

Sementara untuk berlibur, akan dicari suasana jauh dari keramaian, seperti Eko Setyo Nugroho dari Bekasi, yang menjatuhkan voting kepada Amanjiwo. Alasannya, “Kental nuansa Jawa dan arsitektur serta pemandangannya bagus. Serasa berada di kampung halaman.”

Adapun profil responden adalah, terbesar ada di rentang usia 25 – 29 tahun (34%), disusul usia 30 – 34 tahun (24,1%). Rata-rata, konsumen hotel berusia 32 tahun, dengan presentase pengisi survei lelaki mencapai 76,5% dan perempuan 23,5%, dengan lama menginap rata-rata 1 – 3 hari (64,6%) dan 4 – 7 hari (25,6%). Hampir semuanya memilih tinggal di hotel (90,2%), disusul villa (14,4%), cottage (13,8%) serta resort (12,3%). Sedang kebutuhan menginap karena urusan bisnis atau tugas kantor menempati peringkat teratas (49,6%) dan hanya terpaut sedikit di atas kebutuhan menginap karena berwisata (42,6%).

Uniknya, meski hampir semua hotel dilengkapi fasilitas pemesanan secara online, konsumen lebih suka menelepon untuk pesan kamar, bahkan langsung menuju ke lokasi tanpa menelpon lebih dulu dan ada juga yang menggunakan voucher (kupon) dibeli dari biro perjalanan. Sedang pemesanan lewat internet justru mendapat peringkat paling bawah (6,1%).

Rata-rata, hotel idaman para responsen mesti memiliki fasilitas resto yang menyajikan makanan sesuai selera, dilengkapi kolam renang dan memiliki jaringan Wi-fi. Juga pemandangan dan arsitektur gedung bagus. Ada 10 kriteria hotel yang dipilih responden dan kami lampirkan daftar tiga peringkat teratas di boks berikut. Daftar selengkapnya, silakan simak National Geographic Traveler edisi September 2009.

HOTEL TERFAVORIT
Amanjiwo (Magelang) Nilai 4,23
Hotel Majapahit (Surabaya) Nilai 4,20
Borobudur Hotel (Jakarta) Nilai 4,18

KAMAR TERBAIK
Amanjiwo (Magelang) Nilai 4,50
Shangri-La (Jakarta) Nilai 4,29
Borobudur Hotel (Jakarta) Nilai 4,22

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TERBAIK
Borobudur Hotel (Jakarta) Nilai 4,33
Tugu Malang Hotel (Malang) Nilai 4,29
Majapahit Hotel (Surabaya) Nilai 4,29

ARSITEKTUR DAN PEMANDANGAN TERBAIK
Majapahit Hotel (Surabaya) Nilai 4,70
Amanjiwo (Magelang) Nilai 4,65
Borobudur Hotel (Jakarta) Nilai 4,48

KERAMAHAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Amanjiwo (Magelang) Nilai 4,82
Santika Hotel (Yogyakarta) Nilai 4,60
Majapahit Hotel (Surabaya) Nilai 4,50

KEPUASAN DIBANDING HARGANYA
Amanjiwo (Magelang) Nilai 4,82
Santika Hotel (Yogyakarta) Nilai 4,60
Majapahit Hotel(Surabaya) Nilai 4,50

Read more...

[Senyum-ITB] Informasi Kontes Grup Band Antar Angkatan Alumni ITB

From: Pengurus Pusat
To: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, February 22, 2011 2:58 PM
Subject: [Senyum-ITB] Informasi Kontes Grup Band Antar Angkatan Alumni ITB




Kepada yth,

Rekan-rekan Alumni ITB



Dengan ini kami informasikan mengenai Kontes Grup Band Antar Angkatan Alumni ITB yang sampai saat ini sudah terdaftar sejumlah 6 angkatan yaitu angkatan 73 yang dipimpin oleh Bakti S Luddin (TI 73), angkatan 75 yang dipimpin oleh Hendarso Hadi Pramono (TI 75), angkatan 76 yang dipimpin oleh Poernamawati (SI 76), angkatan 82 yang dipimpin oleh Renni Suhardi (TL 82), angkatan 84 yang dipimpin oleh Ary Prasetyo (AR 84), dan angkatan 89 yang dipimpin oleh Denni Andri (GL 89). Kepada para alumni yang belum mendaftar, mohon partisipasinya untuk kesuksesan acara kita bersama.





Bagi alumni ITB yang angkatannya ingin mengikuti kontes band, silahkan akses di www.ia-itb.com untuk pendaftaran atau menghubungi sekretariat di nomor telp. 021-52921564-65 atau fax. 021-5207573. UP : Feri/ Sandi




Mengenai persyaratan dapat dilihat di website www.ia-itb.com. kontes band antar angkatan ini terbuka untuk seluruh alumni ITB. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.



Ttd

Kabiro Humas dan Program IA-ITB

Read more...

[Senyum-ITB] Ide riset bisnis virtual di Ohio

Tuesday, February 15, 2011

From: B. Antariksa (Erik), 99Bali International, http://www.99Bali.com
To: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Sent: Sunday, February 13, 2011 7:55 AM
Subject: Re: [Senyum-ITB] Ide riset bisnis virtual di Ohio




Mas Akbar,

Ini sekedar memberi ide.
Waktu di Jakarta awal Februari lalu, saya diundang teman saya bertemu di daerah Melawai.
Sudah lama saya tidak ke daerah Melawai, mungkin sekitar 12 tahun.
Ketika di Melawai, saya jadi ingat bahwa saya pernah tinggal di rumah saudara di daerah itu selama 1 bulan di th 1986 sebelum masuk ITB.
Saya suka daerah itu, lalu berpikir lain kali saya mau mencoba tinggal di hotel di daerah tsb untuk jalan2 ke tempat saya pernah main dulu (Lintas Melawai, Aldiron, dll) dan eksplorasi hal2 baru.

Sama dengan Mas Akbar.
Kalau pernah tinggal di Lakewood Ohio, mungkin bisa buat bisnis virtual dan nostalgia kenangan tinggal di situ.
Yang perlu dipikir mungkin bisnis virtual apa yang bisa dijalankan dari Indonesia, dengan pasar di Ohio.
Apalagi orang2 US sudah biasa belanja online dari pengalaman kami.




Saya ambil peta di atas dari internet. Mestinya peta ini membawa kenangan untuk Mas Akbar heheheheeee.
Saya belum pernah ke daerah Ohio.



Salam kompax,
Erik


----- Original Message -----
From: "Nurhasan Akbar"
To: "ITB Solo" ; "Senyum ITB"
Sent: Saturday, February 12, 2011 12:06 PM
Subject: [Senyum-ITB] The Google Earth [1 Attachment]


> <*>[Attachment(s) from Nurhasan Akbar included below]
>
> Bagi yang belum pernah coba google earth bisa coba masuk ke websitenya.. serta mendownload dan menginstall softwarenya.
>
> Untuk lokasi USA sudah sangat lengkap sekali gambarnya..sehingga seolah2 kita secara nyata jalan2 disekeliling tempat itu..wow.
>
> Saya coba telusuri di daerah saya pernah tinggal di Lakewood Ohio..di situ jalan2 virtual saya sampai di toko Pizza tempat saya pernah bekerja selama beberapa bulan..lokasinya di jalan Loraine..di tempat itu saya belajar bagaimana menerima pesanan, memasak pizza, serta mengantarnya dengan cepat supaya tetap hangat. Bahkan dalam kondisi badai blizzard-pun saya harus selalu siap delivery..
>
> Kembali ke google earth..pertanyaanya..apakah sudah ada google mobile untuk me-record semua data di sepanjang jalan di Indonesia ini..sepertinya gak semua negara mau dipetakan oleh google ya..
>
> Salam
> -akbar el82

Read more...

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP