Digital Cinematography is moving to the next level
Friday, February 25, 2011
From: Micky Inderajao
Sent: Saturday, February 26, 2011 10:19 AM
Subject: [Senyum-ITB] Digital Cinematography is moving to the next level
"While it is not usually our position to offer rewards for our customers stolen property, this one is an exception. EPIC #00006 is truly a historic camera. It is the very 1st EPIC shipped to one of our customers and the way it was taken irritates me no end.
We are now offering $100,000 for the safe return of EPIC #00006 and the rest of the system including the media with Mark's files... and the arrest and conviction of those that broke into Mark's chalet in France. We will ONLY pay this amount if there is an arrest and conviction of the parties as we are not interested to be ransomed by thieves.
If you have any information regarding the theft, the location of Mark's property or any details that might solve this case, please contact anyone at RED and they will make sure I hear about it.
Posting information on REDUSER is NOT a good idea for several reasons, including your own safety. Please do NOT post any information you have obtained. Any post we see on REDUSER regarding information on this case will be deleted.
Jim"
We are now offering $100,000 for the safe return of EPIC #00006 and the rest of the system including the media with Mark's files... and the arrest and conviction of those that broke into Mark's chalet in France. We will ONLY pay this amount if there is an arrest and conviction of the parties as we are not interested to be ransomed by thieves.
If you have any information regarding the theft, the location of Mark's property or any details that might solve this case, please contact anyone at RED and they will make sure I hear about it.
Posting information on REDUSER is NOT a good idea for several reasons, including your own safety. Please do NOT post any information you have obtained. Any post we see on REDUSER regarding information on this case will be deleted.
Jim"
Kutipan di atas adalah posting Jim Jannard, pendiri dan pemilik RED Digital Cinema Company di forum reduser.com, ketika salah seorang customer Jim kehilangan kamera RED Epic karena dicuri maling. Sejak awal menawarkan RED Camera, Jim atau perusahaannya memang melibatkan diri dalam forum yang membahas tentang kamera ciptaannya ini seperti forum dvxuser.com dan reduser.com. Jim telah melakukan revolusi dalam industri digital cinematography. RED mulai digadangkan ke publik sekitar tahun 2006. Setahun kemudian kamera yang dinamakan RED One pertama kali diluncurkan. Dua atau tiga tahun sebelumnya, Nikon, produsen kamera terlaris, meluncurkan Nikon D70. Kamera DSLR (http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_single-lens_reflex_camera) ini menjadi kamera digital semi profesional pertama dari Nikon dengan harga terjangkau, sehingga kelasnya lebih dikenal sebagai prosumer camera. Momentum ini boleh dikatakan sebagai saat lepas landas perkembangan teknologi digital imaging yang tidak terbendung lagi dan pada akhirnya menggeser bahkan mematikan industri film (fotografi analog berbasis film).
Di awal perkenalan teknologi kamera digital, banyak orang skeptis berpendapat bahwa kamera digital tidak akan bisa menyamai kamera analog film. Betapa tidak? Tahun 1991, dua puluh tahun yang lalu, Kodak meluncurkan professional digital camera pertama DCS-100 (http://www.mir.com.my/rb/photography/companies/Kodak/index.htm). Kamera digital berbasis body Nikon F3 ini hanya menghasilkan gambar 1280 x 1024 pixel atau sekitar 1.3 Mega pixel. Bila dicetak menggunakan standard printing minimum yang disyaratkan percetakan yaitu 300 pixel/inch, gambar ini hanya bisa menghasilkan foto resolusi tinggi sebesar kurang lebih 11cm x 8.5cm. Bahkan lebih kecil dari hasil cetak foto seukuran postcard atau 4R. Bandingkan dengan kamera digital saku sekarang yang rata-rata bisa menghasilkan gambar lebih dari 10 Mega pixel.
Konfergensi Kamera Foto dan Video
Bicara mengenai fotografi sebenarnya ada dua industri yang menggunakannya namun dengan sedikit perbedaan secara praktisnya. Kedua industri itu adalah industri media cetak dan industri film. Industri media cetak menyebut profesional di bidang fotografi sebagai photographer, sedangkan industri film menyebutnya cinematographer atau bahkan lebih dekat lagi disebut "Director of Photography" (DOP). Bila ditilik lebih dalam, keduanya sama-sama menggunakan kamera dilengkapi lensa, kemudian secara teknis keduanya mengambil gambar dengan mempertimbangkan pencahayaan dan komposisi. Perbedaan yang utama adalah yang satu mengambil gambar diam (still pictures) sedangkan yang lainnya menggambil serangkaian gambar yang merekam pergerakan (motion pictures).
Sejalan dengan perkembangan perangkat teknologi digital, teknologi perangkat lunak kompresi gambar juga berkembang pesat. Dipimpin oleh para periset yang bergabung dalam JPEG (Joint Photographic Experts Group), algoritma kompresi gambar terus ditingkatkan. Temuan teknologi kompresi gambar mutakhir menyebabkan penghematan dalam penyimpanan gambar berupa data digital. Sebuah foto ukuran postcard 4 x 6 inch dengan resolusi 300 pixel/inch misalnya, bila tanpa kompresi membutuhkan ukuran file sekitar 6.2 Mb. Foto yang sama dengan resolusi sama disimpan dalam format JPEG hanya membutuhkan 1.2 Mb di mana secara kasat mata, kita tidak bisa membedakannya. Inilah yang memudahkan perangkat digital untuk merekam gambar dalam sarana penyimpanan datanya. Akibatnya tidak sulit untuk mengembangkan perangkat yang bisa merekam satu gambar diam saja atau merekam serangkaian gambar. Oleh karena itu secara komersil produsen kemudian melengkapi perangkat kamera video digital dengan kemampuan memotret gambar diam, dan sebaliknya produsen kamera foto digital melengkapi perangkatnya untuk bisa merekam video.
Mulanya fungsi saling melengkapi ini semata-mata sebagai strategi pemasaran bagi produk consumer. Sangat mudah ditemukan di pasar produk consumer untuk ketegori ini yaitu kamera foto yang bisa merekam video, atau kamera video yang bisa untuk foto. Lalu ketika Nikon mengawali icip-icip pasar dengan menambahkan fungsi video pada kamera prosumer D90, pengguna profesional mulai memanfaatkan fungsi pelengkap ini untuk kepentingkan pekerjaannya. Adalah Canon yang secara serius menawarkan fungsi video pada kamera profesional DLSR 5D Mark II, ketika meluncurkan produk ini pertama kalinya di tahun 2008. Anthony Do Mantle, cinematographer film "Slumdog Millionare", menggunakan kamera 5D Mark II untuk beberapa adegan film ini, dan berhasil menggaet piala Oscar tahun 2009 sebagai cinematographer terbaik. Sejak saat itu, professional film maker secara serius menggunakan DSLR untuk keperluan membuat film. Sekarang, semua DSLR terbaru menawarkan fungsi video dengan kemapuan merekam gambar video resolusi tertinggi yaitu Full HD (High Definition) 1080p.
Mulanya fungsi saling melengkapi ini semata-mata sebagai strategi pemasaran bagi produk consumer. Sangat mudah ditemukan di pasar produk consumer untuk ketegori ini yaitu kamera foto yang bisa merekam video, atau kamera video yang bisa untuk foto. Lalu ketika Nikon mengawali icip-icip pasar dengan menambahkan fungsi video pada kamera prosumer D90, pengguna profesional mulai memanfaatkan fungsi pelengkap ini untuk kepentingkan pekerjaannya. Adalah Canon yang secara serius menawarkan fungsi video pada kamera profesional DLSR 5D Mark II, ketika meluncurkan produk ini pertama kalinya di tahun 2008. Anthony Do Mantle, cinematographer film "Slumdog Millionare", menggunakan kamera 5D Mark II untuk beberapa adegan film ini, dan berhasil menggaet piala Oscar tahun 2009 sebagai cinematographer terbaik. Sejak saat itu, professional film maker secara serius menggunakan DSLR untuk keperluan membuat film. Sekarang, semua DSLR terbaru menawarkan fungsi video dengan kemapuan merekam gambar video resolusi tertinggi yaitu Full HD (High Definition) 1080p.
DSMC vs DSLR
Di kurun waktu yang sama, Jim Jannard, pencipta Oakley, mengembangkan kamera RED. Jim seakan menjawab tantangan kamera digital bisa menyamai kamera analog yang menggunakan film. Ketika teknologi video berkembang ke resolusi tinggi yaitu High Definition Video (HD Video), gambar video menjadi luar biasa tajam dan jernih. Industri film Hollywood kemudian mulai melirik kamera video profesional untuk produksi filmnya. Sony, pemimpin di industri video profesional mengeluarkan seri kamera HD video profesional Cinealta, yang terutama ditujukan untuk menjawab tantangan membuat film layar lebar. Namun kembali beberapa pandangan sinis mengenai kemampuan kamera digital menyamai kamera analog terutama dalam pembuatan film layar lebar. Persoalannya adalah resolusi. Standard proyeksi sinema ketika menggunakan roll film 35mm bila dikonversi dalam ukuran pixel adalah sebesar 4096 x 2160 pixel atau lebih populer dengan sebutan 4K. Sedangkan High Definition Video resoulsi tertinggi yaitu Full HD adalah 1920 x 1080 pixel, atau kurang lebih hanya seperempatnya 4K. Ini menjadi signifikan karena biasanya produksi dengan video, hasil akhirnya akan di-"blowup" ke roll film 35mm untuk diedarkan ke bioskop. Dalam proses tranfer "blowup" ini terjadi perbesaran gambar dengan faktor hampir 4 kalinya. Ibaratnya kita membesarkan gambar dengan mesin fotocopy, perbesaran ini membawa pengaruh besar terhadap kualitas gambarnya.
RED adalah kamera digital dengan resolusi 4K karena menggunakan sensor yang dirancang khusus diberi nama Mysterium. Bahkan RED terbaru yaitu Epic, menggunakan sensor Mysterium-X mampu menghasilkan gambar 5K, lebih tinggi dari yang disyaratkan sinema. Maka tidak mengherankan bila Jim menjadi berang dan menawarkan reward 100.000 dolar bagi yang bisa menemukan kembali Epic #006 yang konon menjadi bersejarah karena merupakan kamera Epic pertama yang dibeli dari Jim.
Minggu malam waktu Amerika atau Senin pagi lusa waktu Indonesia, perhelatan ajang perfilman paling bergengsi Academy Awards ke-83 akan diselenggarakan (http://www.oscars.org/awards/academyawards/83/nominees.html). Film Social Network arahan sutradara David Fincher mengantongi 8 nominasi termasuk kategori film terbaik. Berita baik bagi teknologi, salah satu kategori nominasi film Social Network ini adalah Best Cinematographer. Jeff Cronenweth, Director of Photography film ini menggunakan kamera RED One sepenuhnya dengan berbagai alasan, di mana salah satunya adalah karena lebih compact sehingga memudahkannya untuk shooting di dalam kampus dengan crew yang lebih sederhana. Menggunakan kamera RED juga memberi kontribusi penghematan biaya bagi film ini yang konon hanya menghabiskan 50 juta dolar saja.
Di kurun waktu yang sama, Jim Jannard, pencipta Oakley, mengembangkan kamera RED. Jim seakan menjawab tantangan kamera digital bisa menyamai kamera analog yang menggunakan film. Ketika teknologi video berkembang ke resolusi tinggi yaitu High Definition Video (HD Video), gambar video menjadi luar biasa tajam dan jernih. Industri film Hollywood kemudian mulai melirik kamera video profesional untuk produksi filmnya. Sony, pemimpin di industri video profesional mengeluarkan seri kamera HD video profesional Cinealta, yang terutama ditujukan untuk menjawab tantangan membuat film layar lebar. Namun kembali beberapa pandangan sinis mengenai kemampuan kamera digital menyamai kamera analog terutama dalam pembuatan film layar lebar. Persoalannya adalah resolusi. Standard proyeksi sinema ketika menggunakan roll film 35mm bila dikonversi dalam ukuran pixel adalah sebesar 4096 x 2160 pixel atau lebih populer dengan sebutan 4K. Sedangkan High Definition Video resoulsi tertinggi yaitu Full HD adalah 1920 x 1080 pixel, atau kurang lebih hanya seperempatnya 4K. Ini menjadi signifikan karena biasanya produksi dengan video, hasil akhirnya akan di-"blowup" ke roll film 35mm untuk diedarkan ke bioskop. Dalam proses tranfer "blowup" ini terjadi perbesaran gambar dengan faktor hampir 4 kalinya. Ibaratnya kita membesarkan gambar dengan mesin fotocopy, perbesaran ini membawa pengaruh besar terhadap kualitas gambarnya.
RED adalah kamera digital dengan resolusi 4K karena menggunakan sensor yang dirancang khusus diberi nama Mysterium. Bahkan RED terbaru yaitu Epic, menggunakan sensor Mysterium-X mampu menghasilkan gambar 5K, lebih tinggi dari yang disyaratkan sinema. Maka tidak mengherankan bila Jim menjadi berang dan menawarkan reward 100.000 dolar bagi yang bisa menemukan kembali Epic #006 yang konon menjadi bersejarah karena merupakan kamera Epic pertama yang dibeli dari Jim.
Minggu malam waktu Amerika atau Senin pagi lusa waktu Indonesia, perhelatan ajang perfilman paling bergengsi Academy Awards ke-83 akan diselenggarakan (http://www.oscars.org/awards/academyawards/83/nominees.html). Film Social Network arahan sutradara David Fincher mengantongi 8 nominasi termasuk kategori film terbaik. Berita baik bagi teknologi, salah satu kategori nominasi film Social Network ini adalah Best Cinematographer. Jeff Cronenweth, Director of Photography film ini menggunakan kamera RED One sepenuhnya dengan berbagai alasan, di mana salah satunya adalah karena lebih compact sehingga memudahkannya untuk shooting di dalam kampus dengan crew yang lebih sederhana. Menggunakan kamera RED juga memberi kontribusi penghematan biaya bagi film ini yang konon hanya menghabiskan 50 juta dolar saja.
RED telah membawa angin segar baru di dunia perfilman. Jika Jeff Cronenwth berhasil meraih Oscar, ini akan mengukuhkan posisi kamera digital untuk perfilman Hollywood, kiblatnya industri film dunia. RED terbaru bahkan kini mengikuti perkembangan terakhir penggunaan kamera digital, yaitu mampu menghasilkan motion pictures dan juga still pictures. Jim mengklaim istilah DSMC, Digital Still and Motion Camera (http://www.red.com/products/epic). Kamera ini sangat compact dan modular. Produsen lain kamera digital juga tidak ketinggalan berlomba meningkatkan kemampuan produknya. Kabar angin menyebutkan Canon berencana memproduksi kamera 4K seperti RED. Di tingkat prosumer, Panasonic dan Sony meluncurkaqn produk terbarunya berbasis DSLR. Desember 2010 yang lalu, Panasonic meluncurkan AG-AF101 kamera video dengan engine 4/3, system temuan Olympus yang kemudian dikembangkan bersama Panasonic. Kamera ini menggunakan mounting kamera foto micro 4/3, dan dilengkapi adaptor yang memungkinkan penggunaan lensa-lensa kamera foto (35mm) dari Nikon dan Canon atau pembuat lensa lainnya seperti Carl Zeiss. Sebulan sebelumnya Sony meluncurkan jajaran baru kamera video profesional F3 yang juga bisa menggunakan lensa 35mm, bahkan dengan mounting standard PL, mounting untuk lensa kamera film analog.
Perkembangan teknologi ini memberi peluang lebih besar bagi kreatifitas pembuat film yang seringkali terbentur persoalan modal dalam membuat karya bermutu. Satu lagi persembahan kemajuan teknologi bagi peradaban manusia.
Salam,
Micky Inderajao
0 comments:
Post a Comment