powered by Google

Berlayar dengan Kekuatan Sendiri

Tuesday, April 13, 2010

Tulisan tentang Mbak Betti Alisjahbana, alumni Arsitek ITB 79 di Media Indonesia.
Selamat membaca :-)

-------------
Jumat, 09 April 2010 16:00 WIB
Berlayar dengan Kekuatan Sendiri
Penulis : Ica



Berlayar dengan Kekuatan Sendiri

Betti Alisjahbana --MI/ADAM DWI


DUA tahun sudah perusahaan Quantum Business (QB) Internasional berdiri. Perusahaan yang memayungi divisi usaha pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan, properti (QB Architect), furnitur (QBFurniture), dan layanan teknologi informasi (QB ITService) itu baru merayakan hari jadi pada 31 Maret lalu.

Pendiri QB, Betti Setiastuti Alisjahbana, tertawa saja mengenang pilihannya melepaskan diri dari IBM dua tahun silam untuk mendirikan QB.

''Jejaring saya sekarang jadi luas sekali. Orang muda, pengusaha, birokrat, sampai periset. Saya juga jadi orang yang bebas sekali. Enggak punya bos. Saya bisa langsung merealisasikan ide saya walaupun setelah itu cari duitnya susah, ya enggak apa-apa,'' ujar Betti lalu tertawa lepas di kantornya di kawasan Warung Buncit, Jakarta, Selasa(6/4).

Tahun 2008, Betti melepas kursi Presiden Direktur IBM Indonesia yang ia duduki sejak 2000. Di masanya, Betti menjadi perempuan pertama di IBM kawasan Asia Pasifik yang dipercaya memimpin operasional perusahaan di suatu negara. Dia mengaku dibesarkan IBM.

Lantaran itu, sejumlah penghargaan saat ia berkarier nyaris 24 tahun di IBM, masih memenuhi dinding ruang kerjanya yang dilabur cat putih. Dia menyebut tiga alasan yang melatarbelakangi pilihan keluar dari zona nyaman.

Alasan pertama, Betti sudah mendaki karier di IBM dari titik bawah sampai menjadi presdir. Katanya, dia butuh pendakian baru.

Alasan kedua, jumlah pengangguran yang tinggi di Indonesia melecutnya membuka lapang an kerja. ''Yang ketiga, selama 24 tahun di IBM, fokus saya ialah untuk saya. Jadi, saya pikir, lebih baik keluar sehingga saya bisa membagi waktu 50% untuk kegiatan sosial dan sisanya aktivitas komersial,'' kata ibu Aslan dan Nadia yang mulai beranjak dewasa.

Menakhodai perusahaan sendiri menjadikan waktu Betti relatif lentur, tetapi membangun sesuatu dari nol tentu jauh dari santai. Betti memulai bisnisnya bermodal diri sendiri. Dia mengadakan banyak pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan, bermodalkan pengalaman dan jejaring teman sesama pengusaha. ''Kami ingin mengubah mindset. Bahwa hidup di negeri korup seperti Indonesia tidak boleh membuat kita larut dengan aturan mainnya. Ada kok pengusaha yang sukses meski tidak menempuh jalur kotor,'' ujarnya.

Dia juga memanfaatkan ilmu arsitekturnya sebagai bidang usaha berpayung QB. ''Saat masih di IBM, arsitektur ialah hobi. Saya merancang rumah sendiri. Sekarang saya kembangkan lagi di QB Architect. Kami sedang membangun town house. Ini seperti cinta lama bersemi kembali,'' katanya riang.

Betti juga menjadi angel investor. Dia tidak ragu memodali dan memberi pembinaan pada calon pengusaha muda. ''Tentunya dilihat apakah masuk dalam kisaran investasi saya, apakah bisnis itu memang ada pasarnya (meskipun harus diciptakan), memiliki keunikan dan pelakunya mampu mengeksekusi rencana itu,'' kata Betti.

Hasilnya ialah QB Youth yang berkantor di garasi rumah tempat QB berkantor. Bisnis QB Youth bergerak di bidang multimedia, memasok video klip sampai permainan pada telepon seluler.

Betti juga tidak bisa lepas dari dunia teknologi informasi. Salah satu divisi usaha perusahaannya menyediakan jasa layanan IT, berfokus pada dukungan peranti lunak sumber terbuka (open source).

Betti juga didapuk sebagai Ketua Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) yang juga bermitra dengan pemerintah. Kini sudah 42 perusahaan IT bergabung di dalamnya.

Salah satu misi AOSI ialah membuat melek para pengguna komputer di Indonesia agar menggunakan peranti lunak sumber terbuka (open source).

Tantangannya tidak sedikit karena orang Indonesia tergolong gemar menggunakan program repositori meski bajakan. ''Kita pendekatan ke instansi pemerintah dan swasta agar mereka mulai menggunakan open source,'' ujarnya.

Betti juga memanfaatkan komputer bekas pakai perusahaan perbankan dan perminyakan agar digunakan di sekolah-sekolah.

''Ada kebijakan perusahaan mereka untuk mengganti komputer setelah empat tahun. Komputernya kan masih layak pakai. Makanya kita isi open source lalu didrop ke sekolah-sekolah,'' terang dia.

Sampai saat ini, menurut Betti, sudah lebih dari 1.000 komputer disalurkan ke sejumlah sekolah antara lain di Kepulauan Seribu, Makassar, dan Surabaya. ITB. ''Termasuk bayar kos, biaya hidup, dan beli buku. Semuanya deh. Termasuk ongkos ke rumah sakit segala. Kemarin dua anak demam berdarah dan satu anak operasi usus buntu,'' cerita Betti yang dipanggil bunda oleh anak-anak BIUS itu.

Indeks prestasi semester 1 anak-anak BIUS tahun pertama itu juga membuat Betti bungah. ''Rata-rata diatas 3,4, lho,'' katanya.

Adapun bagi anak-anak BIUS, seperti tertulis pada testimoni mereka, beasiswa tersebut telah menyalakan harapan dan memberi jalan bagi akses pendidikan yang sebelumnya tidak terbayangkan.

Saat mengetahui hal itu, Betti makin semangat. Untuk mengumpulkan dana BIUS, Betti 'ketok pintu' sejumlah perusahaan. Betti juga meluncurkan kaset nyanyiannya untuk menggalang dana bagi anak-anak jalanan. Dia memang hobi menyanyi dan sempat berlatih kepada guru vokal Bertha. ''Saya hobi nyanyi. Ya sudah, sekalian fund raising. Jadi hemat waktu. Pokoknya mulai dari ketok pintu sampai ngamen, saya jalanin, deh,'' kata Betti lantas terbahak. Semua kelelahan itu, kata Betti, terbayar oleh kepuasan batin.

''Ada lima hal. Karier, keluarga, sosial, religi, dan hobi. Semuanya diupayakan seimbang. Ternyata, energi itu seperti bertumbuh. Semakin kita menggunakan semakin banyak energi yang tersedia,'' ujarnya menutup perbincangan siang itu sebelum bergerak lagi mengejar penerbangan ke Jepang di sore hari. (M-3)

0 comments:

Post a Comment

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP