Menjelajah Dunia Bawah Laut
Saturday, November 13, 2010
SCUBA DIVING bukan sekadar olahraga air biasa. Olahraga ini disebut menjelajah "dunia baru" yang menjanjikan lanskap keindahan. "Travelling di darat sudah biasa. Sementara menyelam itu seperti berada dalam dunia baru yang sangat indah," terang Kandis Semidang (28), salah satu penggemar scuba diving.
Kandis mulai menyelam sejak 2005, setelah sebelumnya mengambil pelatihan selam full day selama lima hari berturut-turut. Dari situ, dia "berkelana" ke berbagai wilayah di Indonesia. Mulai Sumatra, Sulawesi, Belitung, Bali, Maluku, hingga Irian Jaya sudah pernah dicobanya. "Masing-masing tempat punya keunikan dan keasyikan yang berbeda- beda," papar Kandis. Bepergian untuk mencari spot-spot wisata selam yang belum pernah dicoba rutin dia lakukan setiap sebulan sekali.
Dalam setiap perjalanan, Kandis biasa menyiapkan dana tiga hingga empat juta di luar tiket pesawat. Dia juga menghindari menyelam di satu wilayah saja. "Saya lebih suka menyelam secara nomaden, berpindah-pindah. Terutama yang mengharuskan kita untuk bermalam di perahu atau lazim disebut liveaboard," ungkapnya.
Selama beberapa hari, Kandis bersama beberapa temannya hidup di atas kapal, menjelajahi lautan untuk menentukan spot yang tepat. "Biasanya biayanya liveaboard sekira Rp10 hingga 15 juta selama empat hari hingga seminggu," jelasnya.
Hasilnya memang terbayar. Dia jadi mengaku bisa menyaksikan dan merasakan langsung keindahan bawah laut yang selama ini hanya dilihatnya melalui televisi. "Paling seru itu kalau ketemu ikan-ikan besar seperti hiu, Mola-mola, atau pun Manta ray. Sewaktu mereka lewat di sekitar saya, jantung ini berdegup dengan kencangnya," terang Kandis.
Senada dengan Kandis, Erick Herdiyanto (26), juga merasa scuba diving memberinya pengalaman baru. Erick yang baru setahun ini menggeluti hobi divingmengaku kecanduan. Setelah awalnya menyelam di perairan Bunaken, dia kerap melakukan perjalanan ke berbagai wilayah Indonesia.
"Saya bisa merasakan sesuatu yang sebelumnya tidak terbayangkan. Bisa meliat ikan-ikan cantik, gugusan terumbu karang yang ditumbuhi gugusan koral warna-warni," terangnya. Banyak fenomena alam yang semula dianggapnya menakutkan, justru terasa menyenangkan. Seperti saat bertemu hiu untuk kali pertama. Awalnya dia sempat merasa was-was. Namun, setelah melihat dan berhadapan langsung, dia pun tidak merasa khawatir. "Beda dengan anggapan semula, hiu tidak seperti hewan ganas yang ditampilkan di televisi. Asal tidak terlalu dekat dan tidak mengganggu, mereka tidak menyerang," terangnya.
Erick sendiri mengaku tidak berada dalam jarak dekat dengan hewan tersebut. Biasanya dia melihat hiu dalam bayangan besar berwarna hitam di kedalaman. Selain menemukan pengalaman baru, para penggemar scuba diving mengaku bisa mendapatkan ketenangan batin. "Kalau di dalam air rasanya begitu tenang. Kita bisa melepaskan kepenatan sejenak. Saat kembali kerja, pikiran pun bisa lebih fresh," ungkap Erick lagi.
Meskipun terkesan berbahaya, scuba diving memang diperuntukkan sebagai olahraga rekreasi. Pasalnya, penyelaman yang ada memang dibuat seaman mungkin. Selain itu, setiap penyelam yang akan melakukan penyelaman selalu didampingi penyelam lain. "Menyelam tidak boleh sendiri. Bahkan, mereka yang sudah instruktur pun pasti didampingi penyelam lain. Soalnya, kita tidak akan tahu kemungkinan yang bisa terjadi," terang Michael Sjukrie, salah satu penyelam profesional yang telah berprofesi sebagai instruktur.
Michael yang telah mulai belajar menyelam sejak usia 10 tahun itu menyebut scuba diving sebagai bentuk wisata yang sangat unik. Selain open water atau menyelam di perairan terbuka, ada banyak variasi kegiatan penelusuran bawah air yang bisa dilakukan. Ada shipwreck diving, yaitu penyelam menelusuri bangkai-bangkai kapal yang berada di dasar laut. Variasi lainnya adalah night dive, yakni menyelam di malam hari. "Selain lebih sulit, juga menantang," paparnya.
Dalam night dive, jarak pandang penyelam sangatlah terbatas. Bahkan, penyelam juga tidak bisa melihat apa yang ada di dekatnya. Namun, hal itu dibalas dengan banyaknya ikan dan makhluk laut yang keluar hanya pada malam hari. "Ini tentu sangat berbeda dengan penyelaman biasa," jelasnya. Prioritas keamanan ini mengharuskan mereka yang ingin melakukan hobi ini harus menjalani pelatihan terlebih dulu. Lamanya pelatihan tergantung jadwal yang diinginkan. Kemampuan menyelesaikan modul menjadi ukuran seseorang bisa mendapatkan sertifikat, dan dianggap layak turun ke perairan.
"Kalau belum dapat sertifikat, tidak akan diizinkan menyelam. Karena memang tidak bisa sembarangan, dan itu akan membahayakan si penyelam," jelasnya. Michael yang menjadi instruktur di Ody Dive, Dive Center mematok harga Rp 3,7 juta untuk pelatihan. Lamanya sendiri akan tergantung jadwal yang diminta. "Mereka harus menyelesaikan lima modul yang ada," bebernya.
Sumber: jakarta-online.blogspot.com Read more...